Pages

Sabtu, 14 Mei 2011

...STRES...

APAKAH STRES ITU ?

DEFINISI STRES

Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005).

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003).

Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stres dapat diartikan sebagai :

1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stresor.

2. Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, dan pusing serta psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.

3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

JENIS-JENIS STRES

Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam Girdano (2005) mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustres dan distres.

1. Eustres

yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk membantu melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres tersebut bersifat positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2002).

2. Distres

yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan, bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal (Walker.J, 2002).

SUMBER-SUMBER STRES

Menurut Tumer & Helms (1995) dalam Melly (2008) sumber stres adalah semua kejadian atau kondisi eksternal yang dapat mengganggu keseimbangan seseorang. Ketidakseimbangan yang terjadi baik disebabkan oleh perubahan fisik, lingkungan, maupun sosial, dapat memicu terjadinya stres.

Sumber stres merupakan suatu keadaan yang dianggap mengancam dan menimbulkan ketegangan, antara lain :

1. Peristiwa dalam Hidup (Life Event)

Menurut Rice (1992) kejadian penting secara psikologis yang terjadi pada kehidupan seseorang seperti perceraian, kelahiran, atau perubahan pada posisi/jabatan. Kejadian utama dalam hidup kita dapat menyebabkan stres, meskipun itu positif maupun negatif. Pada umumnya, penyebab dari stres dalam hidup kita adalah karena hal-hal berikut ini:

a. Kriminal, kekerasan seksual, dan saksi kejahatan

b. Kehilangan anggota keluarga (loss of a family member)

c. Pisah dengan orang tua

Soewadi (1999) dalam Dhona (2007) menyatakan bahwa stres merupakan ketimpangan dalam menyesuiakan antara tuntutan lingkungan dengan kapasitas respon individu. Sehingga anak yang secara tiba-tiba hidup terpisah dengan orang tuanya jika tidak dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru dapat mengalami stres. Penelitian Sliegman (1994) dalam Nuriana (2010) menyatakan bahwa sebanyak 36,4% remaja mengalami gangguan psikiatri akibat pisah dengan orang tua.

d. Bencana alam (natural disasters)

e. Terrorism

f. Daily hassles

2. Frustrasi

Frustrasi adalah situasi apa pun di mana individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Frustrasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustrasi dapat juga diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi (Santrock, 2003).

3. Konflik

Konflik merupakan munculnya dua kecenderungan yang bertentangan secara simultan. Konflik dapat muncul karena adanya kebutuhan internal atau motif yang bertentangan, karena tuntutan eksternal yang bertentangan, atau karena motif internal yang berlawanan dengan tuntutan eksternal. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih motif yang tidak terpuaskan karena motif-motif itu saling berkaitan satu sama lain (Rice, 1992).

Konflik berkaitan erat dengan konsep frustrasi. Psikologi menggunakan ‘pendekatan’ dan ‘penghindaran’ dalam usaha menghadapi konflik. Dalam hal ini, kita akan ‘mendekati’ sesuatu yang kita harapkan dan ‘menghindari’ sesuatu yang tidak kita harapkan. Menurut Miller (1959) dalam Sarafino (2006) ada empat jenis utama dari konflik yang meliputi ‘pendekatan’ dan ‘penghindaran’:

a) Approach-approach conflict (konflik mendekat-mendekat)

Konflik ini terjadi pada saat seseorang diharuskan memilih dua alternatif yang sama-sama menarik tapi saling bertentangan serta ingin dipenuhi pada saat yang bersamaan. Misalnya, seseorang harus memilih diantara dua tawaran pekerjaan yang diberikan kepadanya, dimana kedua pekerjaan ini sama-sama baik, bergengsi dan dengan gaji yang cukup layak.

b) Avoidance-avoidance conflict (konflik menghindar-menghindar)

Konflik ini muncul pada saat seseorang terjebak dalam dua pilihan yang tidak diinginkan, namun pilihan harus tetap ditentukan. Misalnya, seorang remaja yang harus memilih presentasi di depan kelas atau tidak datang dan mendapat nilai nol.

c) Approach-avoidance conflict (konflik mendekat-menghindar)

Konflik ini terjadi apabila seseorang menerima suatu tujuan yang positif yang juga akan menghasilkan satu akibat yang negatif. Misalnya, seorang siswa SMA yang akan melanjut ke perguruan tinggi yang terletak di luar kota, tapi harus meninggalkan keluarganya.

d) Multiple approach-avoidance conflict

Konflik yang menginginkan individu untuk memilih diantara dua pilihan, dimana masing-masing memiliki dampak yang positif dan konsekuensi-konsekuensi yang negatif. Misalnya, pilihan antara masuk ke tim basket yang terkenal, menjadi langganan juara, tetapi pelatih dan beberapa pemain dalam tim itu tidak kamu sukai. Atau masuk ke tim basket yang tidak terkenal, sering melakukan permainan yang memalukan, tetapi pelatih dan pemain timnya kamu sukai.

4. Tekanan (Pressure)

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara umum, tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada tiap individu. Tekanan dalam kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive serta menimbulkan stres (Sarafino, 2006).

Tekanan dapat berasal dari dua sumber, yaitu:

a. Sumber internal

Sumber tekanan yang berasal dari dalam diri seseorang, antara lain adalah konsep diri dan komitmen personal.

b. Sumber eksternal

Sumber tekanan eksternal banyak berkaitan dengan tekanan waktu, peran yang dijalani, juga berkaitan dengan tuntutan-tuntutan orang lain, misalnya, seorang siswa yang mengejar target agar lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi favorit atau dapat berupa tuntutan orang tua.

5. Kondisi lingkungan

Faktor lingkungan tempat tinggal, misalnya temperatur, polusi udara, kebisingan, kelembaban juga bisa menjadi sumber dari stres (Sarafino, 2006).

APA KETERKAITAN STRES DENGAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN ?

Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutama bangunan terhadap stress psikologis, Zimring (dalam Prawitasari, 1989) mengajukan dua pengadaian yaitu :

1. Stres dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha memperoleh kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu. Cara penyesuaian atau pengatasan masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam.

2. Pengandaian kedua adalah bahwa variabel transmisi harus diperhitungkan bila mengkaji stres psikologis yang disebabkan oleh lingkungan binaan. Misalnya perkantoran, status, anggapan tentang kontrol, pengaturan ruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruh pada pandangan individu terhadap situasi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stres atau tidak.

Stres yang di akibatkan oleh kepadatan dalam ruang dengan penilaian kognitif akan mengakibatkan denyut jantung bertambah tinggi dan tekanan darah menaik, sebagai reaksi stimulus yang tidak di inginkan. Dengan kondisi tersebut, maka seseorang yang berusaha mengatasi situasi stres akan memasuki tahapan kelelahan karena energinya telah banyak digunakan untuk mengatasi situasi stres. Dalam berbagai kasus, stimulus yang tidak menyenangkan tersebut muncul berkali-kali, sehingga reaksi terhadap stres menjadi berkurang dan melemah.

Proses ini secara psikologis dikatakan sebagai adaptasi. Hal ini terjadi karena sensitivitas neuropsikologis semakin melemah dan melalui penelitian kognitif situasi stres tersebut berkurang (Iskandar, 1990).

Bangunan yang tidak memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial akan merupakan sumber stress bagi penghuninya. Apabila perumahan tidak memperhatikan kenyamanan penghuni, misalnya pengaturan udara yang tidak memadai, maka penghuni tidak dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman. Akibatnya penghuni sering kali lelah dan tidak dapat bekerja secara efektif dan ini akan mempengaruhi kesejahteraan fisik maupun mentalnya. Demikian pula apabila perumahan tidak memperhatikan kebutuhan rasa aman warga, maka hal ini akan berpengaruh negatif pula. Penghuni selalu waspada dan akan mengalami kelelahan fisik maupun mental. Hubungan antar manusia sangat penting, untuk itu perumahan juga sebaiknya memperhatikan kebutuhan tersebut.

Pembangunan perumahan yang tidak menyediakan tempat umum dimana para warga dapat berinteraksi satu sama lain akan membuat mereka sulit berhubungan satu sama lain. Atau perumahan yang tidak memperhatikan ruang pribadi masing-masing anggotanya akan dapat merupakan sumber stress bagi penghuninya (Zimring dalam Prawitasari, 1989).

Baum, Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan stres lingkungan dalam tiga faktor, yaitu :

1. Stresor fisik (misalnya : suara)

2. Penerimaan individu terhadap stresor yang di anggap sebagai ancaman (appraisal of the stressor)

3. Dampak stresor pada organism (dampak fisiologis).

Fontana (1989) menyebutkan bahwa sumber utama dari stres di dalam dan di sekitar rumah adalah sebagai berikut :

a. Stres karena teman kerja (partner)

b. Stres karena anak-anak

c. Stres karena pengaturan tempat tinggal setempat

d. Tekanan-tekanan lingkungan.

APAKAH STRES BISA MEMPENGARUHI INDIVIDU DALAM LINGKUNGAN & BERIKAN CONTOH NYATA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ?

Kita semua pernah mengalami stres. Tetapi sebenarnya stress tidak selalu jelek. Stres dalam tingkat yang sedang itu perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada, dan membantu orang melakukan penyesuaian. Hidup yang serba tenang dan adem ayem itu menunjukan. Dalam ketenangan yang menjemukan itu orang misalnya menonton film detektif, menonton pertandingan, bermain game untuk mengatasi kondisi yang menjemukan ini. System syaraf juga memerlukan rangsangan agar bisa tetap terlatih dan selanjutnya bisa berfungsi dengan baik.

Stres yang jelek adalah stres yang terlalu kuat dan bertahan lama. Stres ini bisa mengganggu jasmani maupun rohani. Misalnya siswa yang mengalami stres terus menerus karena tuntutan belajar yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan kemampuan. Stres juga bisa juga di timbulkan karena polusi udara, kebisingan, kepadatan, dan kemacetan lalu lintas, tindakan kejahatan, beban kerja yang berlebihan,. Stres berat juga di alami seseorang karena kehilangan orang yang di cintai dala kecelakaan atau bencana alam.

Banyak sekali peristiwa yang dapat menyebabkan stres, antara lain perubahan besar yang mempengaruhi banyak orang, seperti perang, gempa bumi, bom atau kecelakaan. Perubahan besar dalam kehidupan seseorang seperti pindah rumah, pindah pekerjaan, kehilangan kawan, menderita penyakit yang serius, percecokan sehari-hari.

Sumber stres dapat berbeda-beda pada masing-masing individu, dan biasanya tampil dalam bentuk motif atau keinginan yang bertentangan. Berikut ini dikemukakan beberapa peristiwa yang merupakan sumber stres.

1. Peristiwa Traumatik

Yang dimaksudkan dengan peristiwa traumatis adalah situasi bahaya ekstrim diluar rentang pengalaman manusia yang lazim. Contohnya : bencana alam, gempa bumi, banjir bandang, tsunami, bom, kecelakaan, jatuhnya pesawat, pembunuhan, pemerkosaan.

2. Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan

Semakin besar peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, semakin besar pula kemungkinan stres yang di timbulkan. Peristiwa besar yang tidak dapat dikendalikan. Contohnya : di tinggal mati orang di cintai, terserang penyakit serius, dipecat dari jabatan. Salah satu alasan mengapa peristiwa yang tidak dapat dikendalikan itu menyebabkan stres adalah karena orang tidak mampu mengontrol terjadinya peristiwa itu.

a. Peristiwa yang tidak dapat diperkirakan

Walaupun individu tidak dapat mengendalikan suatu peristiwa stres, tetapi stres biasanya dapat dikurangi apabila individu dapat memprediksikan munculnya peristiwa yang menyebabkan stres. Salah satu kemungkinan alasannya adalah karena sinyal peringatan sebelum terjadinya peristiwa yang tidak mengenakkan, kemungkinan individu mulai melakukan sejenis proses persiapan yang berfungsi untuk memperkecil efek stimulus stres. Contohnya : seorang yang mengetahui bahwa ia akan disuntik, mencoba menghilangkan perhatiaanya untuk mengurangi rasa nyeri.

b. Peristiwa yang melampaui batas-batas kemampuan

Peristiwa lainnya yang juga merupakan sumber stres adalah peristiwa yang melampui batas-batas kemampuannya. Contohnya : saat menjelang ujian akhir semester, sebagian besar mahasiswa belajar berjam-jam lebih lama dibandingkan disaat lain.

c. Konflik internal

Empat hal yang telah disebut diatas merupakan sumber stres yang dikatagorikan sebagai kondisi eksternal. Stres juga dapat muncul dari faktor internal yaitu konflik internal yang tidak terpecahkan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Konflik terjadi apabila seseorang individu harus memilih antara dua tujuan atau dua tindakan yang tidak sejalan. Contohnya : anda ingin bersama keluarga menghindari undangan pernikahan anggota keluarga di Banyuwangi, sekaligus berlibur kebali tetapi pada saat yang sama anda di jadualkan untuk siding skripsi atau ujian. Kondisi konflik seperti itu dapat menimbulkan stres.

Menurut Atkinson dkk (1983:348:349), konflik yang paling mendalam dan sulit untuk di pecahkan dalam masyarakat, biasanya terjadi di sekitar motif-motif berikut :

1) Kemandirian lawan ketergantungan

2) Keintiman lawan isolasi

3) Kerjasama lawan persaingan

4) Ekspresi impuls dan standar moral.

Sumber :

- Prabowo, Hendro. 1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyrakat. Depok: Penerbit Gunadarma.

- Basuki, Heru M.A. 2008. Psikologi Umum. Penerbit Gunadarma.