Pages

Sabtu, 05 Juni 2010

VISUS

Dasar Teori : V= d/D

V= Visus (ketajaman)

d= Jarak Optotype snellen dengan objek 3,5 m

D= Skala sejauh mana mata normal masih bisa membaca

Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di otak.

Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.

Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melewati sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk. Struktur-struktur ini adalah; lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior = Bilik Depan), pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke bagian lain dari retina. Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam retina. RPE juga memiliki fungsi vital untuk mendaur-ulang bahan-bahan kimia yang digunakan oleh sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan dapat terjadi.Seperti pada lensa fotografi, ketajaman visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi optik pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran pupil berada pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan kurang cahaya. Jika pupil kecil (1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan mata yang sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm.Korteks penglihatan adalah bagian dari korteks serebri yang terdapat pada bagian posterior (oksipital) dari otak yang bertanggung-jawab dalam memproses stimuli visual. Bagian tengah 100 dari lapang pandang (sekitar pelebaran dari makula), ditampilkan oleh sedikitnya 60% dari korteks visual/penglihatan. Banyak dari neuron-neuron ini dipercaya terlibat dalam pemrosesan tajam penglihatan.Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input visual di usia yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan visual yang menghalangi input visual dalam jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan penekanan pada mata selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus berat dan permanen pada mata yang terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Penurunan tajam penglihatan direfleksikan dalam berbagai macam abnormalitas pada sel-sel di korteks visual. Perubahan-perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel yang terhubung pada mata yan terkena dan juga beberapa sel yang menghubungkan kedua bola mata, yang bermanifestasi sebagai hilangnya penglihatan binokular dan kedalaman persepsi atau streopsis.

Mata terhubung pada korteks visual melewati nervus optikus yang muncul dari belakang mata. Kedua nervus opticus tersebut bertemu pada kiasma optikum di mana sekitar separuh dari serat-serat masing-masing mata bersilang menuju tempat lawannya ke sisi lawannya dan terhubung dengan serat saraf dari bagian mata yang lain akan menghasilkan lapangan pandang yang sebenarnya. Gabungan dari serat saraf dari kedua mata membentuk traktus optikus. Semua ini membentuk dasar fisiologi dari penglihatan binokular. Traktus ini akan berhenti di otak tengah yang disebut nukleus genikulatus lateral untuk kemudian berlanjut menuju korteks visual sepanjang kumpulan serat-serat saraf yang disebut radiasio optika.

Segala macam bentuk proses patologis pada sistem penglihatan baik pada usia tua yang merupakan periode kritis, akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Maka, pengukuran tajam penglihatan adalah sebuah tes yang sederhana dalam menentukan status kesehatan mata, sistem penglihatan sentral, dan jaras-jaras penglihatan menuju otak. Berbagai penurunan tajam penglihatan secara tiba-tiba selalu merupakan hl yang harus diperhatikan. Penyebab sering dari turunnya tajam penglihatan adalah katarak, dan parut kornea yang mempengaruhi jalur penglihatan, desease-desease yang mempengaruhi retina seperti degenarasi makular, dan diabetes, desease-desease yang mengenai jaras optik menuju otak seperti tumor dan sklerosis multipel, dan desease-desease yang mengenai korteks visual seperti stroke dan tumor.

Percobaan Indera Peraba

Nama Percobaan : Perasaan pada kulit

a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui adanya reseptor tekanan, sakit, sentuhan, dingin dan panas pada kulit, serta mengetahui letak masing-masing reseptor.

b. Dasar Teori : - Biasanya setelah dimasukkan ke baskom B (air biasa) tangan kiri terasa dingin dan kanan hangat karena pada saat di baskom B ada pengurangan kalor pada tangan kiri (dari hangat ke dingin) dan ada penambahan kalor pada tangan kiri (dari dingin ke hangat).

- Kulit berfungsi sebagai thermoreseptor yang mendeteksi rasa panas atau ruffini dan mendeteksi rasa dingin atau End Krause.

- Kulit terdiri dari :

1. Epidermis (bagian luar)

2. Dermis, ada kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikel rambut dan akar rambut; kelenjar Sebaseus.

3. Subcutaneous, terdapat pembuluh darah; saraf cutaneous dan jaringan otot.

- Reseptor kulit dan hantaran impuls disaraf berada di saraf perifer.

- Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di lapisan dermis.

a. Mekanoreseptor berkaitan dengan indera peraba, tekanan getaran dan kinistesi.

b. Temoreseptor berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi panas dan dingin.

c. Reseptor nyeri berkaitan dengan mekanisme protektif pada kulit.

d. Kehmo reseptor berkaitan mendeteksi rasa asam dan basa.

Ø Jenis Reseptor pada kulit :

1. Epidermis mendeteksi sentuhan. Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.

a. Markel’s dics (sentuhan oleh orang lain yang tidak di kenal).

b. Meisners corpuscle (berupa sentuhan orang yang di kenal).

2. Dermis di dalam dermis adalah reseptor and Krause, rasa dingin paccinis corpuscle untuk rasa tekanan atau pijatan.

Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung syaraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hai, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh. Pada suhu lingkunga tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotamulus.

3. Reseptor free nerve ending mendeteksi rasa sakit dan jangkauannya lebih luas di banding reseptor lain karena tersebar di seluruh permukaan kulit.

Alat peraba ( Organon tactus ) terdapat di kulit. Selain rambut dan kelenjar ( lemak dan keringat ), terdapat rseeptor – reseptor panas, dingin, sakit, dan rabaan atau tekanan yang tersebar di seluruh kulit. Di beberapa tempat terdapat reseptor tertentu yang lebih rapat dan lebih banyak bila dibandingkan dengan tempat – tempat lainnya.

Reseptor pada kulit adalah :

1. Bulu

2. Badan meisner ( Corpusculum tractus ), untuk meraba sentuhan atau rabaan tajam.

3. Badan ruffini ( Corpuculum cylintricum ), untuk meraba panas.

4. Badan vator paccini ( Corpuculum lamellosum ), untuk merasakan tumpul.

5. Serabut syaraf bebas, sebagai reseptor nyeri.

6. Meriscus dan Merchel.

terdapat bermacam – macam reseptor, yaitu :

1. Reseptor sakit ( Nocireseptor ).

a. Sakit tajam dan dangkal, terdapat pada akhiran syaraf diantara sel ephitel.

b. Sakit tumpul dan dalam, terdapat pada akhiran syaraf di sekitar pembuluh darah.

2. Reseptor rabaan dan tekanan ( Tangoseptor )

a. Meisner ( tajam ).

b. Merchel ( tumpul ).

c. Vator – paccum ( tumpul ).

3. Reseptor panas dan dingin ( Thermoreseptor )

a. Kraus ( dingin )

b. Ruffini ( panas )

c. Golgi mazzim ( panas )

Reseptor kinaesthesi menerima rangsangan kinaesthesi, yaitu gerakan – gerakan dan ketegangan pada otot – otot serta selubung persendian. Kegunaannya adalah untuk mengetahui sikap anggota badan dan beban yang dibawa ( berat atau ringan ). Senasasi – sensasi lain berupa pencampuran rangsangan pada beberapa reseptor secara bersama – sama dalam kondisi tertentu. Sensasi – sensasi tersebut berupa :

1. Geli, yaitu rasa terhadap reseptor tekanan dengan rangsangan sub – liminal dan terjadi secara berkali – kali.

2. Gatal, yaitu rasa terhadap reseptor sakit yang besarnya sub – liminal.

3. Pedih, yaitu rasa terhadap reseptor panas, dingin, dan sakit yang terjadi secara bersama – sama.

Kita dapat membedakan benda – benda dengan reseptor panas, dingin, dan atau tekanan, tanpa melihat bendanya. Bentuk dan besar benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.

c. Alat Yang Digunakan : Baskom plastic, serta beberapa macam cairan atau larutan (air,alcohol 70%, aseton)

d. Jalannya Percobaan : Tangan dimasukan di baskom yang berisi air , tangan kiri airnya hangat dan tangan kanan airnya dingin lalu kedua tangan di angkat dan di pindahkan ke baskom yang berisi air normal.

e. Hasil Percobaan : Tangan terasa dingin.

f. Kesimpulan : Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar, pertama adalah stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan. Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan disebut stratum lusidum dan lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk disebut stratum korneum.

Gangguan berbahasa campuran reseptif-ekspresif

Selain ciri gangguan bicara ekspresif, anak-anak ini juga mempunyai kesulitan mengartikan ucapan orang lain, terutama yang bersifat abstrak. Mereka sering salah mengartikan pertanyaan, komentar, atau cerita yang panjang. Kriteria diagnosis memerlukan intelegensi non-verbal yang normal.

prognosis kurang baik dibandingkan gangguan berbahasa ekspresif. Pada masa sekolah mereka akan tertinggal oleh teman sebayanya. Karena komprehensi kurang baik, dapat muncul gangguan atensi. Kira-kira 40-60% akan mengalami gangguan fonologi, sedangkan 50% mengalami gangguan membaca. Masalah bahasa, dikombinasi dengan kesulitan membaca atau atensi akan menyebabkan lingkaran setan kemampuan akademik yang kurang, rasa percaya diri yang rendah, motivasi yang rendah dan isolasi sosial pada 70% kasus.

Mereka akan dapat berbicara, tetapi terlambat dibandingkan anak sebayanya. Pada masa dewasa, kemampuan bicara cukup untuk komunikasi sehari-hari, tetapi mereka tetap menunjukan kesulitan bila harus mengartikan atau menceritakan suatu masalah yang kompleks.