Pages

Minggu, 27 September 2009

Apakah statistika berhubungan dengan psikologi?

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan binatang, serta penerapannya pada permasalahan manusia. Dilihat dari segi bahasa kata Psikologi berasal dari Yunani. Dari kata Psyche yang artinya jiwa, dan Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Berarti, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa dan ilmu jiwa yang bersifat ilmiah ( scientific).

Statistika adalah untuk menghitung rata-rata, mendeskripsikan, menggunakan tabel, grafik, menghitung rata-rata, hingga data-data mental yang bisa dibaca dan lebih bermakna secara grafis (mendapatkan gambaran sekilas mengenai data). Istilah statistika dalam bahasa inggris Statistics yaitu ilmu dengan data.

Hubungan psikologi dengan statistika adalah psikologkan suka memperoleh dan mengukur sebuah kejadian-kejadian, teori-teori ilmiah penting dalam mengorganisirkan fakta-fakta yang diobservasi ketika kita menganalisis suatu objek kita butuh yang namanya statistika karena dalam hal ini bahwa perbedaan meneliti punya variasi-variasi bebas dengan variasi-variasi yang terjadi menulis dengan huruf-huruf, angka-angka, rumus-rumus. Psikolog membuat studi juga harus tepat dan benar karena itu psikolog butuh statistika dalam urusan yang suka membantu dalam pembuatan nsejumlah observasi karena psikolog didapat mempergunakan huku-hukum logika yang ada di statistika maupun dalam bidang matematika yang kemudian bisa diolah dengan cara matematika dan statistika.

Yang bersangkut pautan menurut saya dalam psikologi:

1. Pengobatan klinis

2. Teori behaviorisme

3. Teori psikologi gestalt

4. Metode statistika

5. Pengukuran atau penelitian

6. Eksperimen

7. Observasi

8. survey

Phobia Ketinggian

Phobia berasal dari kata yunani ‘’PHOBOS’’ yang artinya takut, perasaan ketika menghadapi sebuah kegiatan ,keadaan,objek, ataupun orang lain.phobia sangat banyak sekali macam-macamnya tapi yang saya ambil sekarang ini adalah phobia ketinggian.

Penyebab ketinggian bisa karna:

Berfikir yang terlalu jelek akan adanya ketinggian padahal kita belum mencoba hal tersebut tapi angan- angan yang kita pikirkan sudah terlalu banyak.

Setelah menaiki ketinggian jantung sudah berdetak kencang seperti mau jatuh kebawah

Badan lemas dan pusing

Mungkin orang tersebut pernah jatuh dari ketinggian

meningkatnya aliran darah dan metabolisme di otak

Kejadian yang traumatis

Mimpi yang tidak enak

Kenapa bisa begitu?

Karena pemikiran yang selalu berangan-angan akan ketinggian dan orang tersebut mempunyai pemikiran yang kurang sehat.

Apa bisa disembuhkan?

Seperti yang saya tulis di atas, phobia itu hanya perasaan ketika menghadapi sebuah kegiatan, keadaan, objek, ataupun orang lain. Berarti phobia bisa disembuhkan jika ada keinginan yang kuat dari sang individu dan harus yakin, semangat, bahwa kita bisa sembuh dari phobia ketinggian. Terutama harus tetap focus pada pikiran-pikiran yang logis jangan pernah mengembangkan ketakutan atau kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Pada sisi yang imajinatif yang terlalu berlebihan tapi anda harus punya pemikiran-pemikiran yang logis. Coba anda lebih harus mengenal objek phobia tersebut apakah itu memang pantas untuk kita jauhi, ataupun kita takuti. Dan anda harus melihat dari sisi manakah yang anda takuti dan kalau belum bisa mungkin anda harus butuh panduan seseorang psikolog ataupun psikiater untuk membantu anda.

By Putri ratu Retno K. S

Senin, 21 September 2009

BEDANYA PSIKIATER & PSIKOLOG

Maksud saya bahwa psikiater bukan dokter orang gila adalah psikiater bukan dokter yang hanya menangani orang gila tetapi justru lebih banyak pasien yang sebetulnya tidak gila tetapi mengalami gangguan kejiwaan. Perlu diketahui khalayak bahwa gangguan jiwa itu tidak harus selalu gila. Pemakai narkoba tidak gila tetapi terganggu jiwanya sehingga maunya pakai narkoba terus. Orang yang terobsesi masturbasi terus tidak gila tetapi terganggu jiwanya sehingga ia terpaksa harus masturbasi sampai 5 kali sehari misalnya. Orang yang sulit tidur tidak gila tetapi ia menjadi tidak dapat berfungsi optimal ditempat kerjanya, cepat marah kaerna tak bisa tidur, juga ditangani oleh dr Psikiater.

Sebetulnya tak ada itu orang gila yang ada gangguan skizofrenia, gangguan jiwa inilah yang sering disebut orang gila oleh masyarakat. Jadi psikiter itu bukan dokter khusus skizofrenia.

Perbedaan yang sangat jelas adalah bahwa psikiatri itu cabang ilmu kedokteran dan psikolog itu cabang ilmu sosial. Dengan demikian, pendekatan yang digunakan dalam menangani suatu kasus itu berbeda dasarnya. Walaupun demikian, kita semua tetap menyadari bahwa hidup kita itu tak bisa dipisahkan dari yang namanya kehidupan biologis maupun sosial, seakan-akan kita itu hidup dalam alam yang vakum. Oleh sebab itulah sangat erat kerjasama antara psikolog dengan psikiater, tak terbatas hanya psikolog klinis dalam hal ini. Seorang psikiater tak akan bisa menterapi pasien kalau hanya berpegang pada dasar ilmu biologis kedokteran tanpa memperhatikan keadaan sosial budaya kehidupan pasien, demikian juga seringkali seorang psikolog tak dapat menterapi pasiennya karena ternyata ada faktor biologis yang sudah terganggu akibat kelainan jiwanya.

Mungkin secara gamblang saya berikan suatu contoh (depresi misalnya, apabila depresi itu masih ringan dan baru mengganggu sedikit pada alam perasaan pasien sehingga berpikiran otomatis negatif lalu jadi sedih dan tak jernih berpikir tanpa gangguan fisik seperti tak bisa tidur atau malah tidur terus tak bersemangat, sakit kepala, sakit maag, perut kembung terus, tidak nafsu makan atau malah

makan terus sampai-sampai menggangu aktivitas kehidupan dan produktivitasnya silahkan berkonsultasi dengan psikolog dan melakukan sesion psikoterapi misalnya). Tetapi apabila sudah menyangkut kelainan fisik seperti contoh yang tersebut diatas maka sebaiknya ke psikiater karena problema biologis dan perlu pengobatan (termasuk depresinya juga perlu diobati apabila sudah berat - kalau belum berat namanya stress-lah) hanya dipelajari di fakultas kedokteran. Saya tahu ada banyak psikolog yang berani memberikan obat tanpa mengerti farmakologi obat dan efek samping yang dapat

terjadi. Untuk hal ini pernah kami ingatkan pada mahasiswa psikologi bahwa bila kelak mereka berani berlaku seperti itu, tanggung sendiri kalau ada akibat apa-apa! Baik secara moral maupun hukum

Jadi kalau baru anak kecil nonton VCD porno, apakah itu masalah yg lebih banyak perlu pendekatan sosial atau biologis kedokteran? Kalau jawabannya sosial sebaiknya ke psikolog dulu sampai terbukti ada kelainan biologis seperti obsesive kompulsif untuk nonton yang porno-porno terus baru deh dikonsul ke psikiater (yang seperti ini sih jarang walau ada).

Ada satu hal lagi, psikolog klinis juga memperdalam ilmunya dalam melakukan pemeriksaan-pemeriksaan psikologis yang hasilnya dapat menunjukkan apakah ada kelainan atau tidak. Perangkat-perangkat pemeriksaan ini tidak dapat dikerjakan oleh psikiater karena psikiater dilatih sebagai seorang dokter yang khusus menangani masalah kejiwaan tanpa perangkat diagnosis seperti yang dimiliki psikolog. Untuk itulah para psikiater masih memerlukan bantuan para psikolog dan para psikolog memerlukan bantuan dokter psikiater untuk menterapi pasiennya, karena tugas dokter yah menterapi.

Jadi walaupun serupa tapi gak sama tuh bidangnya. Tapi bila masih kurang mengerti boleh tanya-tanya lagi kok. Terkadang memang sulit bagi oragn yang belum biasa melihat perbedaan kerja sehari-hari psikiter dan psikolog untuk mengerti, saya bisa maklum karena bulan-bulan pertama saya jadi asisten di psikiatri juga gak tahu dimana letaknya kerjasama psikolog dan psikiter. Yang saya tahu, karena bos saya psikiater dan istrinya seorang psikolog kok, bisa kerjasama dgn baik gak rebutan pasien? Awalnya saya hanya tahu itu tetapi akhirnya mengerti dimana letak kerjasamanya dan melihat perbedaan yang cukup nyata dalam bidang pekerjaan kedua profesi ini.